Senin, 12 Januari 2015

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR



LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK
ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Oleh :
1.    Devrizal                             (1213054016)
2.    Eka Apriliawati                (1213054024)
3.    Erna Barus                       (1213054030)
4.    Fitrilia Catur R.S             (1213054036)
5.    Indah Dwi Lestari            (1213054042)
6.    Yuni Hartini                      (1213054096)
Kelas : B
Mata Kuliah : Pedagogik Klinis
Dosen Pengampu : Ari Sofia, S.Psi., M.Psi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan secara filosofis merupakan hak azasi manusia. Sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945, sesungguhnya pendidikan bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks ‘educational for all’ anak-anak yang mengalami kelainan fisik, intelektual, sosial emosional, gangguan motorik, atau anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan warga negara yang memiliki hak yang sama untuk menikmati pendidikan seperti warga negara yang lain. Untuk itu, pemikiran  dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi mereka harus terus dilakukan, termasuk di dalamnya anak berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar hendaknya belajar di sekolah biasa atau sekolah regular bersama anak lain yang tidak berkesulitan belajar. Meskipun demikian, anak berkesulitan belajar memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Pemberian pelayanan pendidikan khusus bagi anak berkesulitan belajar inilah yang akan dibahas pada bab ini. Pembahasan akan mencakup empat hal, yaitu berbagai pilihan penempatan, peranan guru anak berkesulitan belajar, hubungan antara orang tua dengan guru, dan program bimbingan bagi orang tua.
Model pendidikan bagi anak berkesulitan belajar harus mengacu pada kecenderungan perkembangan pendiidkan bagi anak dengan kebutuhan khusus. Dalam skala nasional maupun global, ada dua isyu dan strategi yang akan mempengaruhi model pelayanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar yaitu integrasi dan inklusi.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai anak berkebutuhan khusus, ciri-ciri, faktor prnyebab, dan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:
1.      Apa pengertian dari anak berkesulitan belajar ?
2.      Apa saja klasifikasi anak berkesulitan belajar ?
3.      Apa saja faktor penyebab anak berkesulitan belajar ?
4.      Bagaimana layanan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar ?



1.3  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dan manfaat dari makalah ini, antara lain:
1.      Apa pengertian dari anak berkesulitan belajar ?
2.      Apa saja klasifikasi anak berkesulitan belajar ?
3.      Apa saja faktor penyebab anak berkesulitan belajar ?
4.      Bagaimana layanan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar ?














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau learning disability adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit melakukan kegiatan belajar secara efektif. The Nationa Joint Communittee for Learning Disabilities (NJCLD) , mengungkapkan bahwa kesulitan belajar merujuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan dalam bentu kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi saraf pusat.
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh problem-problem neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga prestasi belajarnya rendah, tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang dilakukan.
Kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat intelegensi dari individu yang mengalami kesulitan belajar, namun individu tersebut mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan dalam melaksanankan tugas-tugas spesifik yang dibutuhkan dalam belajar seperti yang dilakukan dalam pendekatandan metode pembelajaran konversional. Reid (1986: 12) (dalam Martini Jamaris 2014: 4) mengemukakan bahwa kesulitan belajar biasanya tidak dapat diidentifikasi sampai anak mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademmik yang harus dilakukannya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa anak yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Memiliki tingkat intelegensi (IQ) normal, bahkan diatas normal atau sedikit dibawah normal berdasarkan tes IQ.
2.    Mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran, tetapi menunjukan nilai yang baik pada mata pelajaran lain.
3.    Kesulitan belajar yang dialami siswa yang berkesulitan belajar berpengaruh terhadap keberhasilan belajar yang dicapainya sehingga siswa tersebut dapat dikategorikan kedalam lower achiever (siswa dengan pencapaian hasil belajar dibawah potensi yang dimilikinya).
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa kesulitan belajar (Learning Disability) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan.

2.2 Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang merujuk pada sejumlah kelainan yang berpengaruh pada pemerolehan, pengorganisasian, penyimpanan, pemahaman, dan penggunaan informasi secara verbal dan non verbal yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.    Kemampuan berbahasa lisan yang mencakup pendengaran, berbicara, dan memahami pembicaraan.
2.    Kemampuan membaca yang mencakup encording, pengetahuan tentang fonetik, pengenalan dan pemahaman arti kata.
3.    Kemampuan menulis yang mencakup mengeja, menulis, dan mengarang.
4.    Kemampuan matematika yang mencakup berhitung dan pemecahan masalah.
Kesulitan belajar juga mencakup kesulitan dalam mengatur, mengelola, dan melaksanankan perencanaan atau organization skill. Kesulitan belajar mempengaruhi kemampuan dalam persepsi sosial, interaksi sosial, dan pemahaman terhadap suatu perspektif (masalah/peristiwa dan objek).
Suparno (2007: 3-25) mengkasifikasikan kesulitan belajar berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami yang sering disebut kesulitan spesifik yaitu:

1.    Dispraksia
Merupakan gangguan pada keterampilan motorik, gangguan ini sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan berlebih (overflow movement), kurang koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik halus.

2.    Disgraphia
Merupakan kesulitan dalam menulis yang disebabkan karena gangguan pada motorik ataupun gangguan pada ideo motorik (tulisan dan pengucapan tidak sesuai). Disgraphia menunjuk pada perkembangan motorik anak yang belum matang atau mengalami gangguan, dan adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol.

3.    Diskalkulia
Kesulitan dalam menghitung, mengenal dan memahami simbol matematika karena gangguan sistem saraf pusat yaitu memori dan logika.

4.    Disleksia
Merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman, yang disebabkan adanya gangguan fungsi neurofisiologis. Anak sering mengalami kekeliruan saat membaca dan mengenal kata atau kalimat. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca berarti mengalami salah satu atau lebih kesulitan dalam memproses informasi, seperti kemampuan dalam menyampaikan dan menerima informasi. Ketidakmampuan dalam mengenal huruf dan mengucapkan bunyi huruf merupakan penyebab disleksia atau kesulitan belajar membaca.

5.    Disphasia
Kesuliatan berbahasa ditandai dengan kesalahan dalam berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal.

6.    Body awarnes, anak tidak memiliki kesadaran tubuh yang ditandai dengan kesalahan dalam aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.
2.3 Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi: 
1). Faktor fisiologi
 Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya. 
2). Faktor psikologis
 Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
B. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi:
1). Faktor-faktor sosial
 Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2). Faktor-faktor non- sosial
 Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

Howard dan Orlansky (1984: 121), Kirk dan Callagher (1986: 200), dan Lovit (1985: 5) yang dikutip oleh Martini Jamaris (202014: 17) menjelasan berbagai faktor penyebab kesulitan belajar antara lain:
1.    Kerusakan yang terjadi pada susunan saraf pusat,
2.    Ketidak seimbangan biokimia,
3.    Keturunan,
4.    Lingkungan,
5.    Pengaruh teratogenetic (zat kimia/obat-obatan).



2.4 Layanan Pendidikan Untuk Anak Berkesulitan Belajar
Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat, tentu ini memunculkan paradigma baru dalam bidang pendidikan. Sebelum membahas soal layanan bagi anak berkesulitan belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Kurikulum berbasis KTSP
Pengembangan kurikulum berbasis KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2.    Dari Teaching ke Learning
Konsep ini mengubah proses pendidikan menjadi “proses bagaimana belajar bersama antara guru dan peserta didik”.
3.    Dari subject Metter ke active learner
Dalam konsep ini guru berfungsi sebagai fasilitator, mediator dan moderator dalam setiap proses belajar mengajar. Kuncinya adalah “active learner” (pebelajar yang aktif).
4.    Dari segregasi ke integrasi
Pendidikan segregasi malah akan memisahkan anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan. Ini sangat tidak baik untuk kemampuan anak ke depannya. Oleh karena itu muncul konsep pendidikan integrasi sebagai model layanan pendidikan yang ideal untuk anak berkebutuhan khusus.

Ada beberapa kecenderungan terkait dengan model pelayanan pendidikan di Indonesia yaitu:
1.    Model Pendidikan Terpadu
Pendidikan terpadu adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus reguler. Pelaksanaan pendidikan terpadu membutuhkan bantuan tenaga khusus berkualifikasi PLB. Melalui pendidikan terpadu, praktek di lapangan bentuk integrasi pendidikan masih bersifat fisik, sedangkan integrasi instruksional melalui pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan individual belum dapat dijalankan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka muncul model ‘mainstreaming’.

2.    Model Pendidikan Mainstreaming
Konsep mainstreaming menghendaki agar integrasi pendidikan bagi ABK mencakup integrasi sosial dan instruksional didasarkan pada kebutuhan pendidikan yang diukur secara individual dan profesional oleh berbagai profesi dan disiplin. Penempatan pendidikan ABK dalam model ini menjadi sangat fleksibel dari lingkungan pendidikan yang sangat terbatas seperti asrama, sampai lingkungan yang tidak terbatas seperti kelas biasa atau kelas reguler.

3.    Model Inklusi
Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip ‘education for all’. Sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi, perlu dibantu tenaga khusus berkualifikasi PLB.
Dari ketiga model pelayanan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka pilihan penempatan disesuaikan dengan kondisi dan potensi lapangan. Tipe pemilihan penempatan anak berkesulitan belajar adalah:
a.    Kelas Reguler ( General education Class)
Sistem pelayanan dalam bentuk kelas reguler dimaksudkan untuk mengubah citra tentang adanya dua tipe anak, anak dengan berkesulitan belajar dan tidak berkesulitan belajar. Dalam kelas reguler yang dirancang untuk membantu anak berkesulitan belajar diciptakan suasana belajar kooperatif sehingga semua anak dapat menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan belajar. Suasana belajar kompetitif dihindari agar anak berkesulitan belajar tidak putus asa. Program penndidikan individual diberikan kepada semua anak yang membutuhkan, baik yang berkesulitan maupun yang memiliki keunggulan. Dalam kelas reguler semacam ini berbagai metode untuk berbagai jenis anak digunakan bersama.

b.    Kelas Khusus ( Special Class )
Sistem ini biasanya menampung antara 10 hingga 20 anak berkesulitan belajar dibawah asuhan seorang guru khusus. Ada dua jenis kelas khusus yang biasa digunakan yaitu: a) kelas khusus sepanjang hari belajar, dan b) kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu atau kelas khusus sebagian waktu.
Dalam kelas khusus sepanjang hari belajar, anak-anak berkesulitan belajar dilayani oleh guru khusus. Anak-anak di kelas ini belajar semua jenis mata pelajaran dan hanya berinteraksi dengan anak-anak lain yang juga berkesulitan belajar pada saat jam istirahat dan atau bermain.

c.    Ruang Sumber ( Resource Room)
Ruang sumber merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang membutuhkan, terutama yang berkesulitan belajar. Di dalam ruang sumber terdapat guru remedial atau guru sumber dan berbagai media belajar. Aktivitas utama dalam ruang sumber umumnya berkonsentrasi pada upaya memperbaiki keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Guru sumber diharapkan dapat menjadi pengganti guru kelas dan menjadi konsultan bagi guru reguler.
                                                     











  

 
  
  


  
BAB III
PENUTUP
             
3.1    Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh problem-problem neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga prestasi belajarnya rendah, tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang dilakukan.
Ciri-ciri anak berkesulitan belajar sebagai berikut: Memiliki tingkat intelegensi (IQ) normal, bahkan diatas normal atau sedikit dibawah normal berdasarkan tes IQ. Mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran, tetapi menunjukan nilai yang baik pada mata pelajaran lain.
Suparno (2007: 3-25) mengkasifikasikan kesulitan belajar berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami yang sering disebut kesulitan spesifik yaitu: Dispraksia, Disgraphia, Diskalkulia, Disleksia, Disphasia, Body awarnes
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu : Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:  1). Faktor fisiologi, 2). Faktor psikologis. Dan Faktor ekstern (factor dari luar anak) meliputi: 1). Faktor-faktor sosial, 2). Faktor-faktor non- sosial
Layanan Pendidikan Untuk Anak Berkesulitan Belajar, yaitu: Model Pendidikan Terpadu, Model Pendidikan Mainstreaming, dan Model Inklusi.
Tipe pemilihan penempatan anak berkesulitan belajar adalah: Kelas Reguler (General education Class), Kelas Khusus ( Special Class ), dan Ruang Sumber (Resource Room).




DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, diagnosis, dan Remedias. Jakarta: Rineka Cipta.
Jamaris, Martini. `2014. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Haryanto. 2010. Pengertian Kesulitan Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesulitan-belajar/. Diakses pada tanggal 15 November 2014 pukul 10:38.
Wardhani, Ericha. Layanan Pendidikan Anak Berkesulitan. http://ericha-wardhani.blogspot.com/2012/05/layanan-pendidikan-anak-berkesulitan.html. Diakses pada tanggal 15 November 2014 pukul 10:52.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar