Minggu, 15 Juni 2014

Memilih Bahan Bacaan



MEMILIH BAHAN BACAAN


Oleh :
1.      Devrizal                      (1213054016)
2.      Eka Apriliawati         (1213054024)
3.      Fitrilia Catur R.S      (1213054036)
4.      Indah Dwi Lestari     (1213054042)
5.      Yuni Hartini              (1213054096)
Kelas : B
Mata Kuliah : Membaca dan Menulis Permulaan AUD
Dosen Pengampu : Devi Nawangsasi, S.Pd, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
  





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Membaca adalah cara yang paling tepat untuk belajar. Dengan membaca seseorang mendapatkan wawasan pengetahuan dan mendapat manfaat dari apa yang telah dibaca. Membaca juga digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu cara meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Hal ini tertuang dalam tujuan Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke empat yang berbunyi : “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Kebiasaan membaca harus dimulai dan diperkenalkan kepada anak sejak dini. Oleh karena itu,  memilih materi bacaan merupakan salah satu tugas  yang harus dilakukan guru. Materi bacaan yang memiliki daya tarik bagi siswa akan memotifasi siswa dalam belajar dan akhirnya membaca akan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai bahan atau materi bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak sehingga anak dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangannya sesuai usianya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah disusun sebagai berikut:
1.      Apa saja sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan ?
2.      Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam memilih buku teks ?
3.      Bagaimana cara memilih buku sastra anak-anak untuk bahan bacaan ?
4.      Bagaimana cara penggunaan buku referensi untuk bahan bacaan ?
5.      Apa saja keuntungan menggunakan majalah anak-anak sebagai sumber bahan bacaan ?
6.      Apa saja kegiatan yang dapat membantu anak membaca surat kabar secara lebih efektif ?

1.3  Tujuan dan Manfaat
Dari rumusan masalah diatas, memberikan pijakan bagi penulis untuk menetapkan beberapa tujuan dan manfaat dari makalah yang akan dibuat, yaitu:
1.      Untuk mengetahui sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan.
2.      Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam memilih buku teks.
3.      Untuk mengetahui cara memilih buku sastra anak-anak untuk bahan bacaan.
4.      Untuk mengetahui cara penggunaan buku referensi untuk bahan bacaan.
5.      Untuk mengetahui keuntungan menggunakan majalah anak-anak sebagai sumber bahan bacaan.
6.      Untuk mengetahui kegiatan yang dapat membantu anak membaca surat kabar secara lebih efektif.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sumber yang dapat digunakan dalam Memilih Bahan Bacaan
Memilih materi bacaan merupakan salah satu tugas  yang harus dilakukan guru. Materi bacaan yang memiliki daya tarik bagi siswa akan memotifasi siswa membaca teks tersebut  dengan  sungguh-sungguh, yang selanjutnya akan menunjang pemahaman membaca siswa. Meteri pelajaran yang mudah dipahami akan menjadi bahan bacaan yang menarik untuk dibacanya lebih lanjut, (Hariss dan Smith, 1972). Akhirnya, membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan  yang merupakan salah satu tujuan program membaca.
Bahan bacaan yang dipilih guru hendaknya diambil dari berbagai sumber, misalnya:
a.       Buku teks
Umumnya buku menawarkan berbagai gambaran spesifik yang membantu pembaca menemukan informasi yang dibutuhkan.
b.      Buku sastra anak-anak
Karya sastra adalah refleksi dari kehidupan.
c.       Majalah anak-anak
Majalah anak-anak bisa menjadi alternatif lain sebagai bahan bacaan di kelas karena memiliki daya tarik tersendiri.
d.      Buku referensi
Siswa perlu menemukan informasi dalam buku referensi seperti kamus, ensiklopedi, dan atlas.
e.       Surat kabar
Surat kabar merupakan bahan bacaan yang efektif dalam pembelajaran membaca.
Memilih materi bacaan dari berbagai sumber selain dimaksudkan agar siswa memiliki wawasan yang luas, juga agar membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan, Selain itu, siswa juga dapat menemukan informasi yang beragam dari berbagai sumber bacaan.
2.2  Hal yang harus diperhatikan dalam Memilih Buku Teks
Buku mempunyai format yang berbeda-beda. Pada umumnya buku dibagi menjadi 2 jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi ialah karangan yang isisnya bersifat hayal (imajinatif), yaitu tidak merupakan kenyataan yang sebenarnya.Penulis menggambarkan berbagai segi kehidupan atau didasarkan pada peristiwa kehidupan yang sebenarnya berdasarkan hayalan penulis. Sedangkan nonfiksi ialah karangan yang isinya bukan hayalan, melainkan kenyataan yang sesungguhnya. Karangan-karangan ilmiah umumnya karangan nonfiksi, misalnya buku fisika, kimia, biolagi, dll.
Format ke-2 jenis buku itu tidak sama. Buku fiksi misalnya berbentuk naratif, sedangkan buku nonfiksi pada umumnya berbentuk ekpositori dan deskripsi. Namun, buku-buku SD yang berupa buku pelajaran yang lebih dikenal dengan buku teks hendaknya mempertimbangkan bentuk campuran antara narasi, ekpositori, dan deskripsi.
Di Indonesia buku teks umumnya dikemas menjadi suatu paket yang terdiri atas buku pelajaran yang diajarkan di kelas termasuk buku bahasa indonesia. Ketika kurikulum 1994 direalisasikan, pemerintah menerbitkan buku pelajaran yang lebih dikenal dengan buku teks. Buku teks (buku paket) tersebut merupakan buku wajib yang harus digunakan disekolah-sekolah di Indonesia. Sedangkan buku teks yang diterbitkan oleh pihak swasta digunanakan sebagai buku penunjang.
Buku teks sering digunakan guru sebagai satu-satunya sumber bacaan. Vacca dan Vacca (1999) memberikan kritik pada buku teks,  juga terhadap kebiasaan guru dalam menggunakannya di kelas. Dalam prakteknya guru sering hanya menggunakan satu buku teks saja.Sementara itu diketahui bahwa buku teks bukanlah membahas suatu bidang secara luas dan mendalam sehingga tidak bisa membantu mengembangkan gagasan dan konsep secara penuh.
Pada umumnya sebuah buku teks terdiri dari bagian-bagian. Berdasarkan informasi yang terkandungan di dalamnya, bagian-bagian sebuah buku dibagi 3 bagian besar, yaitu bagian yang berisi informasi permulaan atau bagian permulaan, bagian informasi pokok atau bagian pokok, dan bagian yang berisis informasi pelengkap atau bagian pelengkap.
Bagian permulaan pada buku pada umumnya paling kurang terdiri dari:
1.         Kulit luar: berisis judul buku, nama pengarang, kadang - kadang juga nama
penerbit, dan tanda edisi.
2.         Halaman judul khusus: berisis hanya judul buku saja.
3.         Halaman tahun  penerbitan: berisi tahun penerbitan buku atau urutan cetakan.
4.         Halaman penyertaan terimakasih: berisi ucapan terimakasih kepada orang -
orang yang memberikan bantuan atau masukan dalam proses penulisan buku.
5.         Halaman daftar isi: berisi daftar isi buku beserta nomor halamannya.
6.         Halaman pengantar: pada umumnya berisi informasi yang merupakan pengantar isi buku. Kadang-kadang ucapan terimakasih dimasukan pada bagian ini.
Jika suatu buku dimaksudkan sebagai buku teks pelajaran di sekolah, maka petunjuk penggunaan buku kadang-kadang terdapat pada halaman pengantar.
Pada umumnya orang hanya melihat kulit buku dan ilustrasi, serta mengecek tahun terbit dan penulis buku tersebut. Menurut Crawley dan Mountain (1995) sebenarnya melihat hal tersebut bukanlah hal yang begitu penting. Ada beberapa pertanyaan seperti dikemukakan oleh Muther (1984), Mc Andrew (1986), serta Ambruster dkk.(1985) yang perlu diperhatikan dalam memilih buku teks seperti yang dikemukakan berikut:
1.      Apakah di dalam buku dijelaskan apa yang akan dipelajari?
2.      Apakah konsep yang dijelaskan dan kosa kata yang digunakan dalam buku sesuai dengan perkembangan siswa?
3.      Keterampilan-keterampilan apakah yang diajarkan dalam buku teks?
4.      Apakah kegiatan penguatan mencakup teknik dan strategi yang berbeda?
5.      Apakah grafik yang disajikan menjelaskan konsep dan gagasan?
6.      Apakah kegiatan penguatan megharuskan siswa menggunakan  bahan baru dan berbeda pada tingkat kognitif yang lebih tinggi (analisis, sintesis, dan penilaian)?
7.      Adakah contoh-contoh dan pengembangan kosa kata siswa meningkat ke tingkat yang lebih tinggi?
Selain memperhatikan kriteria pemilihan buku teks, guru perlu memahami dan menyadari bahwa buku teks (khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia),
bukanlah satu-satunya sumber belajar terutama dalam pembelajaran membaca pemahaman. Buku teks hendaknya dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bacaan disamping buku-buku lain.
Buku teks sebaiknya digunakan sebagai bahan pendamping dan sebagai buku latihan bagi siswa. Guru seharusnya mencari materi dari sumber lain seperti majalah anak, surat kabar, buku referensi dan buku cerita anak karena dalam buku teks tidak mungkin tersedia secara keseluruhan bahan bacaan yang perlu dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buku teks hanya memuat ringkasan cerita dari sebuah buku cerita atau penggalan-penggalan dari sebuah cerita pendek.

2.3  Cara Memilih Buku Sastra Anak-Anak untuk Bahan Bacaan
Bloin, dkk.(1956) mengembangkan sistem pengklasifikasian khusus (taxonomy) pada sasaran pendidikan. Pengklasifikasian itu mencakup bidang, yaitu sebagai berikut:
1.        Kognitif, membahas tentang jenis-jenis belajar secara umum, termasuk konsep, prinsip, dan pemecahan masalah.
2.        Afektif, berhubungan dengan sikap dan nilai.
3.        Psikomotorik, berhubungan dengan pengembangan ketajaman berpikir, koordinasi antara mata dan tangan, dan seterusnya (Rothlein dan Meinbach, 1993)
       Ketiga bidang tersebut dapat dikembangkan melalui sastra anak-anak. Buku sastra anak-anak bisa mengembangkan bidang afektif (sikap) tentang kehidupan mereka sehari-hari. Dalam buku sastra anak-anak, karakter (pelaku) utama mempunyai kondisi dan masalah kejiwaan yang sama seperti pembacanya. Seringkali pembaca merasa sangat dekat dengan karakter pelaku. Kadang anak-anak membayangkan salah satu pelaku dalam cerita tersebut sebagai dirinya sendiri.
       Buku sastra anak-anak hendaknya dipilih yang berisi pengalaman tentang kehidupan anak-anak itu sendiri. Pengalaman tersebut antara lain, yaitu:
a.     Pengalaman dirumah, misalnya menceritakan tentang keluarga, binatang, olahraga, perjalanan, dan benda-benda yang berada dirumah.
Pengalaman di sekolah, misalnya membicarakan tentang pustaka, perkelahian di lapangan sekolah, dan lain-lain.
b.    Pengalaman tentang seni, misalnya berbicara tentang apresiasi seni dan musik, lagu, drama, dan film. Pengalaman budaya misalnya membicarakan tentang tradisi, hari-hari libur, peristiwa, sejarah, dan gerakan masyarakat yang dialami oleh penulis.
c.     Pengalaman masalah kehidupan, misalnya membicarakan tentang masakan dan makanan. Anak- anak yang tidak suka makan sayur, misalnya, mungkin mau akan makan sayur setelah membaca cerita tentang seekor monyet yang tidak mau makan sayur. Apa saja sayur yang disuguhkan ibunya tidak dimakannya. Dia pergi ke rumah binatang lain. Pada setiap rumah yang dikunjunginya selalu disuguhkan sayur sebagai salah satu makanannya. Karena lapar, Si Monyet akhirnya mencobanya dan makan dengan lahapnya. Buku cerita ini yang berjudul “Akhirnya Suka Juga” bisa menyadarkan anak-anak bahwa jangan mengatakan tidak suka sebelum mencobanya.
d.      Pengalaman masalah kehidupan juga bisa membicarakan tentang binatang piaraan atau tumbuh-tumbuhan.Tentang binatang piaraan, anak-anak bisa membaca cerita anak yang berjudul “Hasan dan Kucing Hitam” karangan Kevin dan Oegi. Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang suka mengganggu binatang piaraan tetangganya. Akhirnya dia mendapat celaka karena kenakalannya sendiri.
       Setiap hari seseorang termasuk anak-anak membuat suatu keputusan dan memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Semua itu membutuhkan pemikiran kritis (critical thinking). Untuk itu, siswa sekolah dasar seharusnya didorong untuk berpikir kritis. Salah satu cara yang efektif untuk mendorong anak berpikir kritis ialah menggunakan buku sastra sebagai bahan pembacaan dalam pembelajaran membaca yang memungkinkan mereka menjadi pemikir kritis.
       Buku sastra anak-anak terutama ditujukan agar anak-anak bisa memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya karena karya sastra, khususnya buku sastra merupakan gambaran kehidupan anak-anak sehari-hari pada umumnya, juga menggambarkan masalah dan solusi yang dihadapi anak-anak.
Oleh sebab itu, guru harus bisa memilih buku cerita anak-anak yang akan didiskusikan anak-anak sehingga mereka bisa memberikan tanggapan tentang bagaimana pelaku cerita menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

2.4  Cara Penggunaan Buku Referensi untuk Bahan Bacaan
       Menurut Ellis, dkk. (1989) keterampilan menggunakan referensi bermanfaat bagi seseorang sepanjang hidup mereka, baik disekolah maupun diluar sekolah. Memperkuat dan memperluas keterampilan ini pada anak merupakan hal yang berharga. Siswa perlu diberi pemahaman bahwa buku telepon, katalog, kamus, juga merupakan buku referensi. Keberhasilan menggunakan referensi tersebut bergantung pada penguasaan keterampilan lain yang digunakan di sekolah.

Keterampilan menggunakan referensi secara efektif mencakup hal-hal berikut:
1.    Mengenali urutan abjad. Pengetahuan tentang pengabjadan diperlukan agar siswa
memahami bahwa ensiklopedia, kamus, dan buku petunjuk telepon disusun secera alfabetis.
2.    Menggunakan petunjuk dan cara menyususn entri dalam kamus atau ensiklopedia.
3.    Menentukan entri dalam kamus atau ensiklopedia (Burns dkk.,1996)
       Keterampilan menggunakan buku referensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dimulai sejak kelas IV. Hasil belajar yang diharapkan dari keterampilan menggunakan buku referensi ialah Membaca memindai dan menemukan informasi secara cepat dari kamus atau ensiklopedia. Indikator pencapaian hasil belajar antara lain sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi kata sulit dalam bacaan.
2.    Membaca kamus sesuai dengan langkah-langkah yang tepat untuk mencari arti kata sulit dalam bacaan. Dalam kamus bahasa inggris arti kata cukup dicari dengan memerhatikan huruf awal dari entri kata, kemudian carilah katanya. Sedangkan melihat entri dalam kamus bahasa indonesia, selain keterampilan pengabjadan, seseorang harus bisa mencari kata dasar dari kata berimbuhan, kemudian baru dilihat entri kata dasar tersebut dalam kamus.
       Secara khusus  penggunaan buku referensi seperti kamus, ensiklopedi dan atlas adalah sebagai berikut:
1.    Kamus digunakan untuk menentukan cara melafalkan suatu kata terutama untuk kamus bahasa inggris atau bahasa yang serumpun  dalam bahasa inggris, serta memilih satu dari berbagai kemungkinan makna kata yang paling tepat dan sesuai dengan konteks.
2.    Ensiklopedi digunakan agar siswa mampu menggunakan lintas referensi serta menentukan bagaian dari ensiklopedi yang berisis anformasi ang dibutuhkan.
3.    Atlas digunakan untuk menginterpretasi legenda peta, menginterpretasi skala peta, serta meletakan arah peta.
       Dalam kurikulum Bahasa Indonesia tahunn 2004 untuk SD, penggunaan buku referensi lebih diutamakan pada kemampuan melihat kamus. Sedangkan kemampuan mencari informasi dalam ensiklopedi belum dinyatakan secara jelas. Begitu juga penggunaan atlas belum digunakan sebagai bahan bacaan.

2.5    Keuntungan menggunakan Majalah Anak-Anak sebagai Sumber Bahan Bacaan
Majalah anak-anak bisa menjadi salah satu alternatif yang baik sebagai bahan bacaan di kelas. Majalah sebagai bahan bacaan mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak-anak karena:
1.      Menarik secara fisual. Pada umumnya sebuah majalah menampilkan gambar yang berfariasi. Gambar tersebut bisa berbentuk karikatur, foto, serta gambar ilustrasi lainnya dengan warna yang menarik.
2.      Artikel-artikel disajikan dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah dipahami.
3.      Artikel-artikelnya edisi terbaru.
4.      Berisis artikel-artikel pendek yang bisa dibaca sekali duduk.
5.      Berisis cerita bergambar (komik).
6.      Berisi games dan teka-teki yang menantang dan lucu.
7.      Berisi cerita pendek atau cerita bersambung yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari anak.
       Menurut Sminoff (1986) yang dikutip oleh Burns dkk.(1996) banyak majalah ana-anak tersedia untuk pembaca dengan tingkat kemampuan dan minat yang berbeda. Majalah merupakan sumber belajar di kelas yang efektif karena menawarkan berbagai keuntungan untuk program membaca seperti yang dikemukakan berikut ini.
1.      Bahannya baru dan relevan.
2.      Tingkat kesukaran dan isi yang disajikan bervariasi.
3.      Mengupas berbagai wawasan yang umumnya bersumber pada suatu isu tunggal.
4.      Sering menyajikan kegiatan berbahasa seperti teka-teki silang dan tulisan anak-anak.
5.      Ilustrasi dan fotonya bagus dan bisa meningkatkan pemahaman.
6.      Harganya relatif murah dan mudah dieroleh.
       Sedangkan menurut Oslon, dkk.(1998) selain untuk rekreasi majalah juga menfokuskan pada ilmu tertentu, seperti pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni, olahraga, dan lain-lain yang diajarkan di sekolah. Dalam salah satu majalah anak, yaitu majalah Bobo disajikan cara membuat permainana anak-anak, sejarah, kehidupan binatang atau tumbuh-tumbuhan yang ditulis dalam gaya bahasa anak-anak.
       Disamping itu, majalah banyak menyediakan informasi aktual yang mempunyai spesifikasi tertentu dan mempunyai kewenangan (authorative) untuk menyampaikan suatu informasi. Apabila dipilih dengan hati-hati, majalah bisa menjadi bagian yang integral dari belajar, khususnya pembelajaran membaca.


2.6    Kegiatan yang dapat Membantu Anak Membaca Surat Kabar secara lebih Efektif
Menurut Kossach & Silivan (1989)  surat kabar merupakan sumber bahan bacaan tambahan yang memungkinkan guru membawa komunitas bahasa kedalam kelas. Gaya bahasa organisasi tulisan surat kabar berbeda dengan buku atau majalah. Disamping itu, surat kabar merupakan bahan bacaan yang hidup untuk bidang studi pengetahuan sosial. Melalui surat kabar, siswa dapat belajar tentang sejarah hari ini (misalnya pristiwa yang terjadi hari ini ).
Burns ,dkk. (1996) menjelaskan bahwa setiap rubrik dalam surat kabar mempersyaratkan keterampilan membaca, yaitu sebagai berikut:
1.      Rubrik cerita untuk mengidentifikasi gagasan utama dan detail pendukung (siapa,apa,mengapa, dan bagaimana), menentukan urutan, mengenal hubungan sebab akibat, dan menarik kesimpulan. 
2.      Rubrik editorial untuk membedakan antara fakta dan opini, menentukan sudut pandang penulis mendeteksi kebiasaan penulis , dan teknik propaganda.
3.      Rubrik komik untuk menginterprestasi bahasa figuratif, ekspresi idiom, mengenal urutan pristiwa, menarik kesimpulan, mendeteksi hubungan sebab akibat, dan membuat prediksi.
4.      Rubrik iklan untuk mendeteksi propaganda, menarik kesimpulan, membedakan antara fakta dan opini.
5.      Rubrik hiburan, misalnya untuk membaca jadwal tayangan televisi dan sebagainya.
Beberapa kegiatan membaca bisa dilakukan dengan menggunakan surat kabar sebagai bahan bacaan. Dari kurikulum bahasa indonesia kelas  IV SD tahun 2004 bisa diambil sebagai contoh. Dalam kurikulum tersebut hasil belajar membaca yang diharapkan “ membaca sekilas teks panjang’’ , sedangkan indikatornya (1) membaca beragam teks dengan intonasi yang sesuai dengan isi teks sehingga dapat dipahami dengan orang lain, (2) menjelaskan isi teks dengan runtut. Indikator tersebut mengindikasikan bahwa bahan bacaannya bersumber dari berbagai jenis teks seperti teks dari surat kabar, majalah , atau pun buku.
Khususnya yang bersumber dari surat kabar bisa berupa berita atau pengumuman. Membaca nyaring teks berita akan berbeda dengan teks pengumuman.
Lebih lanjut Burns ,dkk. (1996) menyarankan berbagai kegiatan untuk membantu anak-anak membaca surat kabar secara lebih efektif antara lain sebagai berikut:
1.      Menyuruh siswa menemukan jawaban pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana dalam membaca cerita.
2.      Menggunakan berita surat kabar yang judulnya dipotong (dibuang) kemudian menyuruh siswa menulis sendiri judul berita tersebut serta membandingkan dengan judul berita yang asli.
3.      Menyuruh siswa membaca sekilas satu halaman surat kabar pada topik tertentu.
4.      Memberi tahukan kepada siswa untuk menemukan komik-komik yang lucu kemudian menyuruh mereka menjelaskan letak kelucuannya.
5.      Menyuruh siswa menceritakan toko pangan dari berbagai toko dan mencari pembeli yang terbaik pada item-item yang spesifik atau meneliti pengklasifikasian pekerjaan yang paling mereka sukai dan menanyakan alasannya, kemudian menyuruh mereka mengklasifikasikannya sendiri.
6.      Menyuruh siswa mencari halaman olahraga untuk menemukan sinonim istilah menang atau kalah kemudian menanyakan kepada mereka mengapa sinonim itu digunakan.
7.      Mendorong siswa mengisi teka-teki silang.
8.      Memberi siswa foto copy berita surat kabar mengenai peristiwa yang sama dari dua surat kabar yang berbeda, kemudian menyuruh mereka menemukan dan mendiskusikan persamaan dan perbedaannya.

Selain dari sumber bahan bacaan yang telah disebutkan, bahan bacaan bisa juga bersumber dari buku petunjuk lain atau lembaran petunjuk penggunaan sesuatu misalnya obat, pupuk, alat rumah tangga, brosur perjalanan, kartu pos, wesel, dan lain-lain.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Berbagai sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan, yaitu:
a.     Buku teks
b.    Buku sastra anak-anak
c.     Majalah anak-anak
d.    Buku referensi
e.     Surat kabar
Buku teks sebaiknya digunakan sebagai bahan pendamping dan sebagai buku latihan bagi siswa. Buku teks hanya memuat ringkasan cerita dari sebuah buku cerita atau penggalan-penggalan dari sebuah cerita pendek.
Buku sastra anak-anak hendaknya dipilih yang berisi pengalaman tentang kehidupan anak-anak itu sendiri seperti pengalaman seni, budaya, dan masalah kehidupan.
Penggunaan buku referensi lebih diutamakan pada kemampuan melihat kamus. Sedangkan kemampuan mencari informasi dalam ensiklopedi belum dinyatakan secara jelas.
Majalah banyak menyediakan informasi aktual yang mempunyai spesifikasi tertentu dan mempunyai kewenangan (authorative) untuk menyampaikan suatu informasi.
Surat kabar merupakan bahan bacaan yang hidup untuk bidang studi pengetahuan sosial. Melalui surat kabar, siswa dapat belajar tentang sejarah hari ini (misalnya pristiwa yang terjadi hari ini ).