MEMILIH BAHAN BACAAN
Oleh
:
1.
Devrizal (1213054016)
2.
Eka
Apriliawati (1213054024)
3.
Fitrilia
Catur R.S (1213054036)
4.
Indah
Dwi Lestari (1213054042)
5.
Yuni
Hartini (1213054096)
Kelas
: B
Mata
Kuliah : Membaca dan Menulis Permulaan AUD
Dosen
Pengampu : Devi Nawangsasi, S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Membaca adalah cara yang paling
tepat untuk belajar. Dengan membaca seseorang mendapatkan wawasan pengetahuan
dan mendapat manfaat dari apa yang telah dibaca. Membaca juga digunakan oleh
pemerintah sebagai salah satu cara meningkatkan sumber daya manusia Indonesia.
Hal ini tertuang dalam tujuan Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang
Dasar 1945 alenia ke empat yang berbunyi : “mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Kebiasaan membaca harus dimulai dan
diperkenalkan kepada anak sejak dini. Oleh karena itu, memilih materi bacaan merupakan salah satu
tugas yang harus dilakukan guru. Materi
bacaan yang memiliki daya tarik bagi siswa akan memotifasi siswa dalam belajar
dan akhirnya membaca akan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa.
Dalam makalah ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai bahan atau materi bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak
sehingga anak dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangannya sesuai usianya.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang diatas maka rumusan masalah disusun sebagai berikut:
1. Apa
saja sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan ?
2. Apa
saja hal yang harus diperhatikan dalam memilih buku teks ?
3. Bagaimana
cara memilih buku sastra anak-anak untuk bahan bacaan ?
4. Bagaimana
cara penggunaan buku referensi untuk bahan bacaan ?
5. Apa
saja keuntungan menggunakan majalah anak-anak sebagai sumber bahan bacaan ?
6. Apa
saja kegiatan yang dapat membantu anak membaca surat kabar secara lebih efektif
?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Dari rumusan masalah
diatas, memberikan pijakan bagi penulis untuk menetapkan beberapa tujuan dan
manfaat dari makalah yang akan dibuat, yaitu:
1. Untuk
mengetahui sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan.
2. Untuk
mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam memilih buku teks.
3. Untuk
mengetahui cara memilih buku sastra anak-anak untuk bahan bacaan.
4. Untuk
mengetahui cara penggunaan buku referensi untuk bahan bacaan.
5. Untuk
mengetahui keuntungan menggunakan majalah anak-anak sebagai sumber bahan
bacaan.
6. Untuk
mengetahui kegiatan yang dapat membantu anak membaca surat kabar secara lebih
efektif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber yang dapat digunakan dalam Memilih
Bahan Bacaan
Memilih
materi bacaan merupakan salah satu tugas
yang harus dilakukan guru. Materi bacaan yang memiliki daya tarik bagi
siswa akan memotifasi siswa membaca teks tersebut dengan
sungguh-sungguh, yang selanjutnya akan menunjang pemahaman membaca
siswa. Meteri pelajaran yang mudah dipahami akan menjadi bahan bacaan yang
menarik untuk dibacanya lebih lanjut, (Hariss dan Smith, 1972). Akhirnya,
membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan
yang merupakan salah satu tujuan program membaca.
Bahan
bacaan yang dipilih guru hendaknya diambil dari berbagai sumber, misalnya:
a. Buku
teks
Umumnya
buku menawarkan berbagai gambaran spesifik yang membantu pembaca menemukan
informasi yang dibutuhkan.
b. Buku
sastra anak-anak
Karya
sastra adalah refleksi dari kehidupan.
c. Majalah
anak-anak
Majalah
anak-anak bisa menjadi alternatif lain sebagai bahan bacaan di kelas karena
memiliki daya tarik tersendiri.
d. Buku
referensi
Siswa
perlu menemukan informasi dalam buku referensi seperti kamus, ensiklopedi, dan
atlas.
e. Surat
kabar
Surat
kabar merupakan bahan bacaan yang efektif dalam pembelajaran membaca.
Memilih
materi bacaan dari berbagai sumber selain dimaksudkan agar siswa memiliki
wawasan yang luas, juga agar membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan, Selain
itu, siswa juga dapat menemukan informasi yang beragam dari berbagai sumber
bacaan.
2.2 Hal yang harus diperhatikan dalam Memilih Buku
Teks
Buku
mempunyai format yang berbeda-beda. Pada umumnya buku dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi ialah karangan yang isisnya bersifat hayal
(imajinatif), yaitu tidak merupakan kenyataan yang sebenarnya.Penulis
menggambarkan berbagai segi kehidupan atau didasarkan pada peristiwa kehidupan
yang sebenarnya berdasarkan hayalan penulis. Sedangkan nonfiksi ialah karangan
yang isinya bukan hayalan, melainkan kenyataan yang sesungguhnya.
Karangan-karangan ilmiah umumnya karangan nonfiksi, misalnya buku fisika,
kimia, biolagi, dll.
Format
ke-2 jenis buku itu tidak sama. Buku fiksi misalnya berbentuk naratif,
sedangkan buku nonfiksi pada umumnya berbentuk ekpositori dan deskripsi. Namun,
buku-buku SD yang berupa buku pelajaran yang lebih dikenal dengan buku teks
hendaknya mempertimbangkan bentuk campuran antara narasi, ekpositori, dan
deskripsi.
Di
Indonesia buku teks umumnya dikemas menjadi suatu paket yang terdiri atas buku
pelajaran yang diajarkan di kelas termasuk buku bahasa indonesia. Ketika
kurikulum 1994 direalisasikan, pemerintah menerbitkan buku pelajaran yang lebih
dikenal dengan buku teks. Buku teks (buku paket) tersebut merupakan buku wajib
yang harus digunakan disekolah-sekolah di Indonesia. Sedangkan buku teks yang
diterbitkan oleh pihak swasta digunanakan sebagai buku penunjang.
Buku
teks sering digunakan guru sebagai satu-satunya sumber bacaan. Vacca dan Vacca
(1999) memberikan kritik pada buku teks,
juga terhadap kebiasaan guru dalam menggunakannya di kelas. Dalam
prakteknya guru sering hanya menggunakan satu buku teks saja.Sementara itu
diketahui bahwa buku teks bukanlah membahas suatu bidang secara luas dan
mendalam sehingga tidak bisa membantu mengembangkan gagasan dan konsep secara
penuh.
Pada
umumnya sebuah buku teks terdiri dari bagian-bagian. Berdasarkan informasi yang
terkandungan di dalamnya, bagian-bagian sebuah buku dibagi 3 bagian besar,
yaitu bagian yang berisi informasi permulaan atau bagian permulaan, bagian
informasi pokok atau bagian pokok, dan bagian yang berisis informasi pelengkap
atau bagian pelengkap.
Bagian
permulaan pada buku pada umumnya paling kurang terdiri dari:
1.
Kulit luar: berisis judul buku, nama pengarang,
kadang - kadang juga nama
penerbit,
dan tanda edisi.
2.
Halaman judul khusus: berisis hanya
judul buku saja.
3.
Halaman tahun penerbitan: berisi tahun penerbitan buku atau
urutan cetakan.
4.
Halaman penyertaan terimakasih: berisi ucapan
terimakasih kepada orang -
orang
yang memberikan bantuan atau masukan dalam proses penulisan buku.
5.
Halaman daftar isi: berisi daftar isi
buku beserta nomor halamannya.
6.
Halaman pengantar: pada umumnya berisi
informasi yang merupakan pengantar isi buku. Kadang-kadang ucapan terimakasih
dimasukan pada bagian ini.
Jika
suatu buku dimaksudkan sebagai buku teks pelajaran di sekolah, maka petunjuk
penggunaan buku kadang-kadang terdapat pada halaman pengantar.
Pada
umumnya orang hanya melihat kulit buku dan ilustrasi, serta mengecek tahun
terbit dan penulis buku tersebut. Menurut Crawley dan Mountain (1995)
sebenarnya melihat hal tersebut bukanlah hal yang begitu penting. Ada beberapa
pertanyaan seperti dikemukakan oleh Muther (1984), Mc Andrew (1986), serta
Ambruster dkk.(1985) yang perlu diperhatikan dalam memilih buku teks seperti
yang dikemukakan berikut:
1. Apakah
di dalam buku dijelaskan apa yang akan dipelajari?
2. Apakah
konsep yang dijelaskan dan kosa kata yang digunakan dalam buku sesuai dengan
perkembangan siswa?
3. Keterampilan-keterampilan
apakah yang diajarkan dalam buku teks?
4. Apakah
kegiatan penguatan mencakup teknik dan strategi yang berbeda?
5. Apakah
grafik yang disajikan menjelaskan konsep dan gagasan?
6. Apakah
kegiatan penguatan megharuskan siswa menggunakan bahan baru dan berbeda pada tingkat kognitif
yang lebih tinggi (analisis, sintesis, dan penilaian)?
7. Adakah
contoh-contoh dan pengembangan kosa kata siswa meningkat ke tingkat yang lebih
tinggi?
Selain
memperhatikan kriteria pemilihan buku teks, guru perlu memahami dan menyadari
bahwa buku teks (khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia),
bukanlah
satu-satunya sumber belajar terutama dalam pembelajaran membaca pemahaman. Buku
teks hendaknya dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bacaan disamping
buku-buku lain.
Buku
teks sebaiknya digunakan sebagai bahan pendamping dan sebagai buku latihan bagi
siswa. Guru seharusnya mencari materi dari sumber lain seperti majalah anak,
surat kabar, buku referensi dan buku cerita anak karena dalam buku teks tidak
mungkin tersedia secara keseluruhan bahan bacaan yang perlu dimiliki siswa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buku teks hanya memuat ringkasan cerita
dari sebuah buku cerita atau penggalan-penggalan dari sebuah cerita pendek.
2.3 Cara Memilih Buku Sastra Anak-Anak untuk Bahan
Bacaan
Bloin,
dkk.(1956) mengembangkan sistem pengklasifikasian khusus (taxonomy) pada
sasaran pendidikan. Pengklasifikasian itu mencakup bidang, yaitu sebagai
berikut:
1.
Kognitif, membahas tentang jenis-jenis
belajar secara umum, termasuk konsep, prinsip, dan pemecahan masalah.
2.
Afektif, berhubungan dengan sikap dan
nilai.
3.
Psikomotorik, berhubungan dengan
pengembangan ketajaman berpikir, koordinasi antara mata dan tangan, dan
seterusnya (Rothlein dan Meinbach, 1993)
Ketiga bidang tersebut dapat dikembangkan
melalui sastra anak-anak. Buku sastra anak-anak bisa mengembangkan bidang
afektif (sikap) tentang kehidupan mereka sehari-hari. Dalam buku sastra
anak-anak, karakter (pelaku) utama mempunyai kondisi dan masalah kejiwaan yang
sama seperti pembacanya. Seringkali pembaca merasa sangat dekat dengan karakter
pelaku. Kadang anak-anak membayangkan salah satu pelaku dalam cerita tersebut
sebagai dirinya sendiri.
Buku sastra anak-anak hendaknya dipilih
yang berisi pengalaman tentang kehidupan anak-anak itu sendiri. Pengalaman
tersebut antara lain, yaitu:
a. Pengalaman
dirumah, misalnya menceritakan tentang keluarga, binatang, olahraga,
perjalanan, dan benda-benda yang berada dirumah.
Pengalaman di sekolah, misalnya membicarakan tentang
pustaka, perkelahian di lapangan sekolah, dan lain-lain.
b. Pengalaman
tentang seni, misalnya berbicara tentang apresiasi seni dan musik, lagu, drama,
dan film. Pengalaman budaya misalnya membicarakan tentang tradisi, hari-hari
libur, peristiwa, sejarah, dan gerakan masyarakat yang dialami oleh penulis.
c. Pengalaman
masalah kehidupan, misalnya membicarakan tentang masakan dan makanan. Anak-
anak yang tidak suka makan sayur, misalnya, mungkin mau akan makan sayur
setelah membaca cerita tentang seekor monyet yang tidak mau makan sayur. Apa
saja sayur yang disuguhkan ibunya tidak dimakannya. Dia pergi ke rumah binatang
lain. Pada setiap rumah yang dikunjunginya selalu disuguhkan sayur sebagai
salah satu makanannya. Karena lapar, Si Monyet akhirnya mencobanya dan makan
dengan lahapnya. Buku cerita ini yang berjudul “Akhirnya Suka Juga” bisa
menyadarkan anak-anak bahwa jangan mengatakan tidak suka sebelum mencobanya.
d. Pengalaman
masalah kehidupan juga bisa membicarakan tentang binatang piaraan atau
tumbuh-tumbuhan.Tentang binatang piaraan, anak-anak bisa membaca cerita anak
yang berjudul “Hasan dan Kucing Hitam” karangan
Kevin dan Oegi. Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang suka mengganggu
binatang piaraan tetangganya. Akhirnya dia mendapat celaka karena kenakalannya
sendiri.
Setiap hari seseorang termasuk anak-anak
membuat suatu keputusan dan memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Semua
itu membutuhkan pemikiran kritis (critical
thinking). Untuk itu, siswa sekolah dasar seharusnya didorong untuk
berpikir kritis. Salah satu cara yang efektif untuk mendorong anak berpikir
kritis ialah menggunakan buku sastra sebagai bahan pembacaan dalam pembelajaran
membaca yang memungkinkan mereka menjadi pemikir kritis.
Buku sastra anak-anak terutama ditujukan
agar anak-anak bisa memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-harinya karena karya sastra, khususnya buku sastra merupakan gambaran
kehidupan anak-anak sehari-hari pada umumnya, juga menggambarkan masalah dan
solusi yang dihadapi anak-anak.
Oleh
sebab itu, guru harus bisa memilih buku cerita anak-anak yang akan didiskusikan
anak-anak sehingga mereka bisa memberikan tanggapan tentang bagaimana pelaku
cerita menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.
2.4 Cara
Penggunaan Buku Referensi untuk Bahan Bacaan
Menurut Ellis, dkk. (1989) keterampilan
menggunakan referensi bermanfaat bagi seseorang sepanjang hidup mereka, baik
disekolah maupun diluar sekolah. Memperkuat dan memperluas keterampilan ini
pada anak merupakan hal yang berharga. Siswa perlu diberi pemahaman bahwa buku
telepon, katalog, kamus, juga merupakan buku referensi. Keberhasilan
menggunakan referensi tersebut bergantung pada penguasaan keterampilan lain
yang digunakan di sekolah.
Keterampilan
menggunakan referensi secara efektif mencakup hal-hal berikut:
1.
Mengenali urutan abjad. Pengetahuan
tentang pengabjadan diperlukan agar siswa
memahami
bahwa ensiklopedia, kamus, dan buku petunjuk telepon disusun secera alfabetis.
2.
Menggunakan petunjuk dan cara menyususn
entri dalam kamus atau ensiklopedia.
3.
Menentukan entri dalam kamus atau
ensiklopedia (Burns dkk.,1996)
Keterampilan menggunakan buku referensi
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dimulai sejak kelas IV.
Hasil belajar yang diharapkan dari keterampilan menggunakan buku referensi
ialah Membaca memindai dan menemukan
informasi secara cepat dari kamus atau ensiklopedia. Indikator pencapaian
hasil belajar antara lain sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi kata sulit dalam
bacaan.
2.
Membaca kamus sesuai dengan
langkah-langkah yang tepat untuk mencari arti kata sulit dalam bacaan. Dalam
kamus bahasa inggris arti kata cukup dicari dengan memerhatikan huruf awal dari
entri kata, kemudian carilah katanya. Sedangkan melihat entri dalam kamus
bahasa indonesia, selain keterampilan pengabjadan, seseorang harus bisa mencari
kata dasar dari kata berimbuhan, kemudian baru dilihat entri kata dasar
tersebut dalam kamus.
Secara khusus penggunaan buku referensi seperti kamus,
ensiklopedi dan atlas adalah sebagai berikut:
1.
Kamus digunakan untuk menentukan cara
melafalkan suatu kata terutama untuk kamus bahasa inggris atau bahasa yang
serumpun dalam bahasa inggris, serta
memilih satu dari berbagai kemungkinan makna kata yang paling tepat dan sesuai
dengan konteks.
2.
Ensiklopedi digunakan agar siswa mampu
menggunakan lintas referensi serta menentukan bagaian dari ensiklopedi yang
berisis anformasi ang dibutuhkan.
3.
Atlas digunakan untuk menginterpretasi
legenda peta, menginterpretasi skala peta, serta meletakan arah peta.
Dalam kurikulum Bahasa Indonesia tahunn
2004 untuk SD, penggunaan buku referensi lebih diutamakan pada kemampuan
melihat kamus. Sedangkan kemampuan mencari informasi dalam ensiklopedi belum
dinyatakan secara jelas. Begitu juga penggunaan atlas belum digunakan sebagai
bahan bacaan.
2.5 Keuntungan menggunakan Majalah
Anak-Anak sebagai Sumber Bahan Bacaan
Majalah
anak-anak bisa menjadi salah satu alternatif yang baik sebagai bahan bacaan di
kelas. Majalah sebagai bahan bacaan mempunyai daya tarik tersendiri bagi
anak-anak karena:
1. Menarik
secara fisual. Pada umumnya sebuah majalah menampilkan gambar yang berfariasi.
Gambar tersebut bisa berbentuk karikatur, foto, serta gambar ilustrasi lainnya
dengan warna yang menarik.
2. Artikel-artikel
disajikan dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah dipahami.
3. Artikel-artikelnya
edisi terbaru.
4. Berisis
artikel-artikel pendek yang bisa dibaca sekali duduk.
5. Berisis
cerita bergambar (komik).
6. Berisi
games dan teka-teki yang menantang dan lucu.
7. Berisi
cerita pendek atau cerita bersambung yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari anak.
Menurut Sminoff (1986) yang dikutip oleh
Burns dkk.(1996) banyak majalah ana-anak tersedia untuk pembaca dengan tingkat
kemampuan dan minat yang berbeda. Majalah merupakan sumber belajar di kelas
yang efektif karena menawarkan berbagai keuntungan untuk program membaca
seperti yang dikemukakan berikut ini.
1. Bahannya
baru dan relevan.
2. Tingkat
kesukaran dan isi yang disajikan bervariasi.
3. Mengupas
berbagai wawasan yang umumnya bersumber pada suatu isu tunggal.
4. Sering
menyajikan kegiatan berbahasa seperti teka-teki silang dan tulisan anak-anak.
5. Ilustrasi
dan fotonya bagus dan bisa meningkatkan pemahaman.
6. Harganya
relatif murah dan mudah dieroleh.
Sedangkan menurut Oslon, dkk.(1998)
selain untuk rekreasi majalah juga menfokuskan pada ilmu tertentu, seperti
pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni, olahraga, dan lain-lain yang
diajarkan di sekolah. Dalam salah satu majalah anak, yaitu majalah Bobo
disajikan cara membuat permainana anak-anak, sejarah, kehidupan binatang atau
tumbuh-tumbuhan yang ditulis dalam gaya bahasa anak-anak.
Disamping itu, majalah banyak menyediakan
informasi aktual yang mempunyai spesifikasi tertentu dan mempunyai kewenangan
(authorative) untuk menyampaikan suatu informasi. Apabila dipilih dengan
hati-hati, majalah bisa menjadi bagian yang integral dari belajar, khususnya
pembelajaran membaca.
2.6
Kegiatan
yang dapat Membantu Anak Membaca Surat Kabar secara lebih Efektif
Menurut
Kossach & Silivan (1989) surat kabar
merupakan sumber bahan bacaan tambahan yang memungkinkan guru membawa komunitas
bahasa kedalam kelas. Gaya bahasa organisasi tulisan surat kabar berbeda dengan
buku atau majalah. Disamping itu, surat kabar merupakan bahan bacaan yang hidup
untuk bidang studi pengetahuan sosial. Melalui surat kabar, siswa dapat belajar
tentang sejarah hari ini (misalnya pristiwa yang terjadi hari ini ).
Burns
,dkk. (1996) menjelaskan bahwa setiap rubrik dalam surat kabar mempersyaratkan
keterampilan membaca, yaitu sebagai berikut:
1. Rubrik
cerita untuk mengidentifikasi gagasan utama dan detail pendukung
(siapa,apa,mengapa, dan bagaimana), menentukan urutan, mengenal hubungan sebab
akibat, dan menarik kesimpulan.
2. Rubrik
editorial untuk membedakan antara fakta dan opini, menentukan sudut pandang
penulis mendeteksi kebiasaan penulis , dan teknik propaganda.
3. Rubrik
komik untuk menginterprestasi bahasa figuratif, ekspresi idiom, mengenal urutan
pristiwa, menarik kesimpulan, mendeteksi hubungan sebab akibat, dan membuat
prediksi.
4. Rubrik
iklan untuk mendeteksi propaganda, menarik kesimpulan, membedakan antara fakta
dan opini.
5. Rubrik
hiburan, misalnya untuk membaca jadwal tayangan televisi dan sebagainya.
Beberapa
kegiatan membaca bisa dilakukan dengan menggunakan surat kabar sebagai bahan
bacaan. Dari kurikulum bahasa indonesia kelas
IV SD tahun 2004 bisa diambil sebagai contoh. Dalam kurikulum tersebut
hasil belajar membaca yang diharapkan “ membaca sekilas teks panjang’’ ,
sedangkan indikatornya (1) membaca
beragam teks dengan intonasi yang sesuai dengan isi teks sehingga dapat
dipahami dengan orang lain, (2) menjelaskan
isi teks dengan runtut. Indikator tersebut mengindikasikan bahwa bahan
bacaannya bersumber dari berbagai jenis teks seperti teks dari surat kabar,
majalah , atau pun buku.
Khususnya
yang bersumber dari surat kabar bisa berupa berita atau pengumuman. Membaca
nyaring teks berita akan berbeda dengan teks pengumuman.
Lebih
lanjut Burns ,dkk. (1996) menyarankan berbagai kegiatan untuk membantu
anak-anak membaca surat kabar secara lebih efektif antara lain sebagai berikut:
1. Menyuruh
siswa menemukan jawaban pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan
bagaimana dalam membaca cerita.
2. Menggunakan
berita surat kabar yang judulnya dipotong (dibuang) kemudian menyuruh siswa
menulis sendiri judul berita tersebut serta membandingkan dengan judul berita
yang asli.
3. Menyuruh
siswa membaca sekilas satu halaman surat kabar pada topik tertentu.
4. Memberi
tahukan kepada siswa untuk menemukan komik-komik yang lucu kemudian menyuruh
mereka menjelaskan letak kelucuannya.
5. Menyuruh
siswa menceritakan toko pangan dari berbagai toko dan mencari pembeli yang
terbaik pada item-item yang spesifik atau meneliti pengklasifikasian pekerjaan
yang paling mereka sukai dan menanyakan alasannya, kemudian menyuruh mereka
mengklasifikasikannya sendiri.
6. Menyuruh
siswa mencari halaman olahraga untuk menemukan sinonim istilah menang atau
kalah kemudian menanyakan kepada mereka mengapa sinonim itu digunakan.
7. Mendorong
siswa mengisi teka-teki silang.
8. Memberi
siswa foto copy berita surat kabar mengenai peristiwa yang sama dari dua surat
kabar yang berbeda, kemudian menyuruh mereka menemukan dan mendiskusikan
persamaan dan perbedaannya.
Selain dari
sumber bahan bacaan yang telah disebutkan, bahan bacaan bisa juga bersumber
dari buku petunjuk lain atau lembaran petunjuk penggunaan sesuatu misalnya
obat, pupuk, alat rumah tangga, brosur perjalanan, kartu pos, wesel, dan
lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai
sumber yang dapat digunakan dalam memilih bahan bacaan, yaitu:
a. Buku
teks
b. Buku
sastra anak-anak
c. Majalah
anak-anak
d. Buku
referensi
e. Surat
kabar
Buku
teks sebaiknya digunakan sebagai bahan pendamping dan sebagai buku latihan bagi
siswa. Buku teks hanya memuat ringkasan cerita dari sebuah buku cerita atau
penggalan-penggalan dari sebuah cerita pendek.
Buku
sastra anak-anak hendaknya dipilih yang berisi pengalaman tentang kehidupan
anak-anak itu sendiri seperti pengalaman seni, budaya, dan masalah kehidupan.
Penggunaan
buku referensi lebih diutamakan pada kemampuan melihat kamus. Sedangkan
kemampuan mencari informasi dalam ensiklopedi belum dinyatakan secara jelas.
Majalah
banyak menyediakan informasi aktual yang mempunyai spesifikasi tertentu dan
mempunyai kewenangan (authorative) untuk menyampaikan suatu informasi.
Surat
kabar merupakan bahan bacaan yang hidup untuk bidang studi pengetahuan sosial.
Melalui surat kabar, siswa dapat belajar tentang sejarah hari ini (misalnya
pristiwa yang terjadi hari ini ).